Saya pertama kali mendengar istilah stunting ketika membaca berita tentang debat pemilihan gubernur Sumatera Utara. Berita ini cukup viral, karena calon gubernur (yang sekarang menjadi gubernur Sumut) tidak mengerti ketika ditanyai pendapatnya tentang permasalahan stunting yang ada di daerah.
Menurut saya lucu karena sekelas calon gubernur tidak mengerti istilah ini, padahal ini adalah sebuah masalah utama yang selalu menjadi fokus pemerintah untuk diselesaikan. Di satu sisi, saya juga merasa bego karena saya sendiri juga gak mengerti, hehe.
Karena itu, jika teman-teman juga tidak mengerti, tidak perlu malu ya. Hihi.
Stunting
Stunting merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yang berarti gagal tumbuh.
Istilah stunting dipakai untuk menyebutkan masalah kondisi gagal tumbuh pada anak-anak akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak tersebut.
Jangan anggap remeh ya. Mungkin teman-teman mengira nanti kekurangan gizi ini bisa digantikan dengan asupan gizi yang lebih banyak nantinya. Tidak bisa!
Kekurangan gizi di 1000 HPK (seribu hari pertama kehidupan) anak bisa memberikan efek jangka panjang hingga mereka dewasa. Tinggi badan cenderung lebih pendek dari anak seumuran. Selain itu, juga lebih beresiko terkena diabetes, hipertensi, gangguan jantung, hingga penyakit denegeratif otak.
Jika suatu hari teman-teman akan atau berencana menjadi orangtua, pastikan sudah yakin bisa mempersiapkan kebutuhan gizi anak selama seribu hari pertama ya.
Stunted vs Stunting
Namun perlu teman-teman mengerti juga, terkadang ada juga pemakaian istilah stunted. Walaupun terdengar sama, arti yang hampir sama, namun sebenarnya cukup berbeda.
Stunted dipakai untuk menunjukkan kondisi tinggi badan yang lebih pendek dari pada biasanya. Namun kondisi ini tidak mempengaruhi kondisi tubuh lainnya. Tinggi badan lebih pendek bukan dikarenakan kekurangan gizi dan kemungkinan akan kembali normal ketika beranjak remaja atau dewasa.
Jadi bisa disimpulkan kalau stunting sudah pasti pendek, namun pendek belum tentu stunting.