Gunakan Prinsip Efek Lindy Agar Belajar Lebih Efektif

Di abad ke-19, informasi adalah sesuatu yang sangat berharga dan tidak mudah untuk didapatkan. Penyebaran informasi masih banyak menggunakan media-media tradisional yang kecepatan penyebarannya tidak secepat sekarang.

Mulai abad ke-20, teknologi Internet mulai berkembang pesat. Informasi menjadi sangat mudah didapatkan dan penyebarannya sangat cepat. Memang ini merupakan sebuah hal yang sangat baik untuk dunia. Namun seperti dalam prinsip Yin Yang (Taoisme), tidak ada yang baik sepenuhnya, pasti ada hal buruk yang timbul juga.

Apa hal buruknya dari perkembangan teknologi Internet ini?

Hal buruknya adalah semakin banyak informasi yang salah atau sengaja dimanipulasi, dan penyebarannya sangat cepat. Ini pernah kita bahas di artikel Jangan Percaya 100% Pada Internet. Oleh karena itu, sebaiknya kita harus lebih hati-hati dalam mengonsumsi segala informasi yang ada di Internet.

Salah satu cara yang bisa kita pakai agar tidak terjebak dalam salah informasi adalah prinsip dari Efek Lindy.

Lindy Effect

Sepertinya teman-teman sudah bisa menebak kalau prinsip ini diciptakan oleh seseorang yang bernama Lindy.

Tetot! Salah! Ini juga menjadi pelajaran bagi kita, jangan terlalu gampang membuat asumsi ya. Hehe.

Ketika dilacak, ide tentang Efek Lindy ini bisa ditemukan dalam sebuah artikel dalam surat kabar The New Republic. Artikel ini ditulis oleh Albert Goldman di tahun 1964.

Artikel ini berjudul Lindy’s Law. Nama Lindy berasal dari nama cafe tempat para komedian berkumpul untuk membahas materi pekerjaan mereka. Dalam artikel ini, Albert membuat sebuah teori untuk memperkirakan waktu yang tersisa bagi seorang komedian untuk tetap bisa berkarya di atas pentas.

Menurut dia, seorang komedian memiliki sisa waktu sekitar sama dengan total waktu yang sudah dia habiskan di atas pentas. Jika seorang komedian mulai terkenal sejak 10 tahun yang lalu, kemungkinan besar dia masih bisa terkenal untuk 10 tahun lagi.

Namun teori ini diperinci lagi, efek ini hanya berlaku untuk objek yang tidak bisa musnah. Misalnya untuk kasus komedian di atas, bisa saja tahun depan dia mengalami kecelakaan dan meninggal. Namun rekaman acara-acara yang pernah dia bawakan, kemungkinan besar akan tetap ada dan ditonton oleh orang-orang selama 10 tahun lagi.

Menerapkan Efek Lindy Dalam Proses Belajar

Sekarang, bagaimana kita menerapkan prinsip dari hukum atau efek Lindy dalam proses belajar?

Menurut saya, kita jangan terlalu percaya pada informasi-informasi yang baru saja ditemukan. Misalnya ada buku tentang pengembangan diri yang baru saja terbit dan cukup viral karena membahas cara-cara yang tidak pernah terdengar sebelumnya. Tunggu beberapa tahun lagi, jika buku ini masih dicetak dalam jumlah yang besar, berarti informasi-informasi yang ada dalam buku tersebut memang layak dibaca.

Jadi jika kamu ingin membaca buku-buku yang bagus, buku-buku klasik adalah pilihan yang tepat.

Bagaimana dengan berita-berita terkini, apakah kita harus menunggu bertahun-tahun juga?

Nah, dalam kasus seperti ini, cara yang bisa digunakan adalah dengan membaca berita seminggu sekali. Jika kamu menemukan satu topik yang sudah diberitakan beberapa kali (perhatikan tanggal beritanya), berarti berita tersebut lebih bisa dipercaya.

Ada sebuah kutipan yang sangat bagus yang mirip dengan efek Lindy.

“A good book gets better at the second reading. A great book at the third. Any book not worth rereading isn’t worth reading.”

Yang artinya… Sebuah buku yang bagus akan menjadi lebih bagus ketika dibaca dua kali. Sebuah buku yang hebat akan menjadi lebih bagus lagi ketika dibaca tiga kali. Buku yang tidak layak dibaca ulang sebenarnya tidak layak untuk dibaca.

Tinggalkan komentar