Mengapa Musik Bisa Mempengaruhi Suasana Hati

Ketika kita mendengarkan musik, suasana hati atau emosi kita akan berubah mengikuti musik tersebut. Walaupun kamu tidak suka mendengar musik, ketika kamu mendengarnya pasti kamu akan bisa merasakan emosi dibalik musik tersebut.

Padahal kan pada dasarnya musik itu adalah suara. Kok bisa ya emosi kita berubah ketika mendengarkannya?

Ketika mendengar lagu yang jumlah ketukan per menitnya (beat per minute) tinggi, kita menjadi lebih semangat, walaupun sebenarnya kita sedang letih ataupun sedih. Ketika kita sedang semangat berapi-api, ketika mendengar lagu instrumen yang lambat, kita pun menjadi lebih tenang atau bahkan bisa menjadi sedih.

Saya menemukan sebuah episode di Netflix yang menjelaskan secara ilmiah mengapa komposisi dari beberapa suara bisa menjadi sebuah musik, dan bagaimana otak kita merespon terhadap komposisi suara tersebut.

Saya akan mencoba merangkum dengan sederhana beberapa bagian dari episode tersebut untuk menjelaskan pertanyaan yang bikin saya penasaran. Tapi jika teman-teman ingin langsung menonton video sepanjang 19 menit tersebut, bisa langsung nonton di video yang diupload oleh Netflix ke Youtube ini.

Ritme

Serangkai suara pada awalnya hanyalah suara seperti biasanya. Namun jika diulang berkali-kali, otak kita akan mencerna rangkaian atau komposisi suara ini menjadi sebuah musik.

Rangkaian suara yang diulang juga harus memenuhi satu kriteria lagi, yaitu ritme, harus ada irama ketukan yang diulangi secara konsisten. Misalnya, dum, dum, tap… dum, dum, tap… dum, dum, tap…

Pengalaman

Ketika kita mendengar rangkaian suara dengan nada dan ritme tertentu untuk pertama kali, tidak ada emosi yang kita rasakan. Musik tersebut masih terasa netral.

Namun ketika kita mendengarkan sebuah lagu yang baru dirilis, kita bisa langsung merasakan ini sebuah lagu yang semangat, ataupun lagu yang sedih. Mengapa demikian?

Menurut penilitian, musik sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sebuah lagu yang baru diciptakan, jika diteliti lebih detail pola nada dan ritmenya, pasti mirip dengan lagu-lagu yang sudah lama ada.

Musik-musik yang sudah pernah kita dengar akan membentuk sebuah ingatan bawah sadar dalam otak kita. Musik dengan pola ini berarti semangat, musik dengan pola itu berarti sedih, dan seterusnya.

Ketika kita mendengarkan sebuah lagu baru, otak bawah sadar kita akan mengidentifikasi pola musik dari lagu tersebut dengan yang sudah pernah kita dengar berkali-kali. Owh, ternyata ini sebuah lagu sedih.

Itulah sebabnya kita bisa merasakan emosi dibalik sebuah lagu, padahal kita sendiri tidak mengerti lirik lagu tersebut karena menggunakan bahasa yang asing bagi kita. Iya kan?

Ini juga bisa menjelaskan, banyak orang yang belum pernah mendengar musik daerah tertentu bisa salah mempersepsikan emosi dari musik tersebut. Misalnya, para bule sering menganggap musik tradisional Bali sungguh indah, padahal sebenarnya musik tersebut dimainkan para penduduk Bali ketika mereka sedang berkabung.

Leave a Comment